Profil Desa Kebokura

Ketahui informasi secara rinci Desa Kebokura mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.

Desa Kebokura

Tentang Kami

Kelurahan Kebokura, denyut vital di Kecamatan Sumpiuh, Banyumas, memadukan potensi ekonomi UMKM yang beragam dengan tradisi budaya yang hidup. Berlokasi strategis di jalur nasional, Kebokura terus bertumbuh melalui inovasi ekonomi lokal dan inisiatif pemb

  • Pusat Pertumbuhan Ekonomi

    Kebokura merupakan rumah bagi puluhan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang aktif, mulai dari kuliner khas seperti petis entok hingga kerajinan tangan, menjadikannya salah satu motor penggerak ekonomi di Kecamatan Sumpiuh.

  • Lokasi Strategis

    Dilewati oleh Jalan Nasional Rute 3 dan Jalan Lingkar Sumpiuh, Kebokura memiliki aksesibilitas tinggi yang mendukung perkembangan ekonomi, perdagangan, dan mobilitas penduduk.

  • Tradisi dan Gotong Royong

    Kehidupan masyarakatnya diwarnai oleh tradisi yang terus dijaga, seperti Takiran, serta semangat kebersamaan yang tecermin dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan dan program pembangunan kelurahan.

Pasang Disini

Terletak di persimpangan jalur vital yang menghubungkan Banyumas dengan wilayah sekitarnya, Kelurahan Kebokura, Kecamatan Sumpiuh, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, menampilkan wajah sebuah wilayah yang dinamis. Bukan sekadar sebuah pemukiman padat di pusat kecamatan, Kebokura ialah sebuah kelurahan yang menggerakkan roda perekonomian lokal melalui puluhan usaha warganya, sambil terus merawat tradisi leluhur sebagai perekat sosial. Dengan luas wilayah mencapai 202,948 hektare, Kebokura menjadi simpul penting bagi denyut kehidupan di bagian selatan Kabupaten Banyumas.

Secara administratif, wilayah yang dipimpin oleh seorang Lurah ini terbagi ke dalam 4 Rukun Warga (RW) dan 21 Rukun Tetangga (RT). Posisinya yang strategis, hanya berjarak sekitar dua kilometer dari pusat kota Kecamatan Sumpiuh dan dilintasi langsung oleh Jalan Nasional Rute 3, memberikan keuntungan signifikan. Keberadaan Jalan Lingkar Sumpiuh yang juga melalui wilayahnya semakin memperkuat posisi Kebokura sebagai area dengan aksesibilitas tinggi, membuka peluang lebih besar bagi pertumbuhan ekonomi dan konektivitas antarwilayah. Kelurahan ini menjadi representasi sebuah kawasan yang bertransformasi, memadukan fungsi pemukiman, pusat jasa dan area produksi skala mikro yang esensial bagi kecamatan.

Sejarah dan Pemerintahan: Fondasi Pembangunan Berbasis Komunitas

Meskipun catatan mendetail mengenai asal-usul penamaan "Kebokura" secara spesifik masih menjadi bagian dari folklor lokal yang dituturkan dari generasi ke generasi, sejarah pembangunannya berkelindan erat dengan perkembangan Kecamatan Sumpiuh. Dokumen perencanaan kelurahan mencatat bahwa visi pembangunan Kebokura berfokus pada upaya mendorong kemajuan fisik dan non-fisik secara teratur dan maksimal, demi mewujudkan harapan masyarakat akan keadilan dan kemakmuran. Visi ini menjadi benang merah yang dipegang oleh para pemimpin wilayah dari waktu ke waktu.

Saat ini, tampuk pimpinan Kelurahan Kebokura dipegang oleh Lurah Umi Sangadah, S.Sos., M.Si. Di bawah kepemimpinannya, pemerintah kelurahan aktif menjalankan berbagai program yang menyentuh langsung kebutuhan masyarakat. Salah satu fokus utamanya ialah pemberdayaan kelembagaan lokal. Teranyar, pada pertengahan tahun 2025, Pemerintah Kabupaten Banyumas mendorong percepatan legalisasi koperasi desa dan kelurahan, di mana Kebokura menjadi salah satu wilayah yang proaktif dalam proses ini. Langkah ini menunjukkan komitmen pemerintah kelurahan untuk menciptakan entitas ekonomi yang kuat dan berbadan hukum, yang diharapkan dapat menjadi penggerak utama ekonomi berbasis kerakyatan.

Pemerintahan Kelurahan Kebokura juga menunjukkan transparansi dan partisipasi publik dalam perencanaan pembangunan. Berbagai musyawarah, seperti pembentukan Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) untuk program sanitasi DAK Infrastruktur, menjadi bukti pelibatan aktif warga dalam setiap tahap pembangunan. Dokumen-dokumen resmi, seperti surat permohonan pembentukan TPS-KSM yang ditandatangani oleh Lurah Umi Sangadah, menggarisbawahi pendekatan formal dan terstruktur dalam mengelola program pembangunan, memastikan akuntabilitas dan kesesuaian dengan kebutuhan riil di lapangan. Pemerintahan yang responsif dan partisipatif ini menjadi fondasi utama dalam menjaga stabilitas sosial dan mendorong kemajuan wilayah.

Roda Perekonomian: Jantung UMKM dan Inovasi Kuliner

Jika ada satu hal yang paling menonjol dari Kebokura, itu ialah geliat ekonominya yang tak pernah berhenti. Kelurahan ini merupakan rumah bagi beragam Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang menjadi tulang punggung perekonomian warga. Data pemerintah kelurahan mencatat setidaknya ada 12 jenis UMKM yang berkembang pesat, menunjukkan kreativitas dan keuletan masyarakatnya.

Produk olahan makanan mendominasi lanskap UMKM di sini. Mulai dari makanan ringan seperti kerupuk rambak, sriping, dan peyek, hingga produksi mie soun, tahu, tempe, dan susu kedelai yang memenuhi kebutuhan pasar lokal. Salah satu ikon kuliner yang mulai diangkat ialah Petis Entok. Pada tahun-tahun sebelumnya, pemerintah kecamatan bahkan pernah menginisiasi program "Dodolan Bareng Petis Entok" di Kebokura, sebuah upaya untuk menciptakan sentra kuliner dan mengangkat makanan khas ini sebagai ikon Sumpiuh. Inisiatif ini tidak hanya bertujuan meramaikan wilayah tetapi juga untuk mengembangkan potensi ekonomi secara lebih luas.

Di luar sektor kuliner, Kebokura juga dikenal sebagai pusat kerajinan. Terdapat pengrajin tas dan dompet dari bahan kain dan sintetis, pembuat sangkar burung, hingga perajin batik melalui Batik Budi Jamil. Keberagaman ini menunjukkan bahwa potensi ekonomi Kebokura tidak hanya bergantung pada satu sektor, melainkan tersebar di berbagai bidang yang saling menopang. Pemerintah kelurahan secara berkala melakukan inventarisasi data UMKM untuk memetakan potensi dan merancang program pemberdayaan yang lebih tepat sasaran.

Keberadaan Jalan Lingkar Sumpiuh turut memberikan dampak ekonomi yang signifikan. Pembangunan infrastruktur strategis ini tercatat telah meningkatkan nilai tanah di sekitar wilayah Kebokura, membuka peluang investasi baru di sektor jasa dan perdagangan. Dengan akses yang semakin mudah, distribusi produk-produk UMKM dari Kebokura ke pasar yang lebih luas menjadi lebih lancar, menjanjikan masa depan ekonomi yang lebih cerah bagi warganya.

Kehidupan Sosial dan Budaya: Merawat Tradisi di Tengah Modernisasi

Kehidupan masyarakat Kelurahan Kebokura diwarnai oleh semangat gotong royong dan tradisi budaya yang kental. Salah satu tradisi yang masih rutin dilaksanakan, khususnya di lingkungan RW 04, ialah Takiran. Tradisi ini, yang namanya berasal dari "takir" (wadah makanan dari daun pisang), merupakan sebuah upacara makan dan doa bersama sebagai wujud syukur dan permohonan keselamatan. Pelaksanaan Takiran, seringkali digelar di sepanjang jalan lingkungan, menjadi momen bagi warga untuk berkumpul, mempererat tali silaturahmi, dan menata kembali pikiran serta niat baik, sesuai filosofi Jawa "di-tata lan di-pikir".

Kegiatan kemasyarakatan lainnya juga berjalan aktif. Program seperti Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) untuk balita dan remaja (Posyandu Remaja), serta kegiatan Bina Keluarga Balita (BKB), menunjukkan tingginya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan dan tumbuh kembang generasi penerus. Aula kelurahan kerap menjadi pusat berbagai kegiatan, mulai dari sosialisasi kesehatan dari Puskesmas, penyuluhan, hingga lokasi pelaksanaan program Kuliah Kerja Nyata (KKN) dari berbagai perguruan tinggi. Mahasiswa KKN dari Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed), misalnya, pernah menggelar program sosialisasi menabung dan senam bersama di SDN 1 Kebokura, yang menunjukkan sinergi positif antara dunia akademik dan masyarakat.

Dalam bidang seni, meskipun tidak ada kelompok seni spesifik yang tercatat secara formal sebagai milik khas Kebokura, masyarakatnya turut menjadi bagian dari denyut kebudayaan Banyumasan yang kaya, seperti Ebeg (kuda lumping) dan Lengger. Bahkan, kelurahan ini pernah menjadi tuan rumah sebuah acara yang "Merajut Persatuan melalui Seni Budaya dan Kuliner Tionghoa", menandakan keterbukaan masyarakatnya terhadap keberagaman budaya. Semangat kebersamaan juga tecermin dalam kegiatan rutin seperti senam aerobik bersama dan perayaan hari besar nasional seperti HUT Kemerdekaan RI, yang selalu disambut dengan semarak oleh seluruh lapisan masyarakat.

Infrastruktur dan Pembangunan: Menuju Kelurahan yang Lebih Maju

Pembangunan infrastruktur menjadi salah satu prioritas utama di Kelurahan Kebokura, sejalan dengan statusnya sebagai salah satu kelurahan di pusat Kecamatan Sumpiuh. Pemerintah secara berkala melakukan pemeliharaan dan peningkatan kualitas jalan lingkungan. Salah satu kegiatan yang tercatat ialah pelaksanaan core drill atau pengambilan sampel inti aspal di Jalan Swadaya, Jalan Dulangmas, dan Jalan Keciples. Pengujian ini bertujuan untuk memastikan kualitas dan ketebalan perkerasan jalan sesuai dengan spesifikasi proyek, sebuah langkah penting dalam menjamin kualitas infrastruktur jangka panjang.

Meskipun demikian, tantangan pembangunan tetap ada. Salah satu isu yang mengemuka baru-baru ini pada awal Juni 2025 ialah kondisi bangunan Pos Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Rahayu yang mengalami kerusakan. Hal ini menjadi perhatian serius bagi masyarakat dan pemerintah kelurahan, mengingat pentingnya pendidikan usia dini yang aman dan nyaman. Isu ini menuntut adanya solusi dan alokasi sumber daya untuk perbaikan, menjadi tolok ukur komitmen bersama dalam memajukan sektor pendidikan.

Secara keseluruhan, arah pembangunan di Kebokura tidak hanya berfokus pada fisik, tetapi juga pada pembangunan sumber daya manusia dan kelembagaan. Program pemutakhiran Indeks Desa Membangun (IDM) di Kecamatan Sumpiuh, yang juga mencakup Kebokura, menjadi tolok ukur penting untuk menentukan arah kebijakan dan alokasi dana desa/kelurahan. Dengan perencanaan yang berbasis data dan kebutuhan riil, Kelurahan Kebokura terus berbenah, menatap masa depan sebagai sebuah wilayah yang tidak hanya maju secara ekonomi dan infrastruktur, tetapi juga kuat secara sosial dan budaya.